JuLie ZonE



"Dunia, tempat, dan ruang yang hanya ada aku...."


It's Me...
My Word..
My Mine..
My Everything...

Minggu, 19 Juni 2011

KOMPLIKASI DAN PENYULIT PADA KEHAMILAN TRIMESTER II

1.1. Anemia Kehamilan

Yang dimaksud dengan anemia kehamilan pada trimester II adalah jika kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL.

Tingkatan anemia :

1. Anemia ringan : 9-10 gr/dL

2. Anemia sedang : 7-8 gr/dL

3. Anemia berat : < 7 gr/dL

Tanda dan gejala dari anemia kehamilan antara lain adalah pucat, mudah pingsan, TD normal, gejala klinik dapat terlihat pada tubuh yang malnutrisi.



A. Anemia Defisiensi Besi

1. Pengertian

Adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat dari kekurangan zat besi



2. Etiologi

a. Makanan tidak cukup mengandung zat besi (Fe)

b. Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan

c. Adanya gangguan penyerapan (penyakit usus)

d. Kebutuhan Fe meningkat



3. Patofisiologi

a. Darah meningkat 50% dalam kehamilan (hipervolemia), penambahan sel darah tidak sebanding dengan plasma darah (plasma 30%, sel darah 18%, Hb 19%)

b. Terjadi pengenceran darah dan Pembentukan sel darah merah terlalu lambat

c. Volume darah bertambah sejak usia kehamilan 10 minggu dan Puncaknya penambahan darah pada usia kehamilan 32-36 minggu



4. Tanda dan Gejala

a. Data subjektif : ibu mengatakan sering pusing, cepat lelah, lemas, susah bernafas

b. Data objektif : konjungtiva pucat, muka pucat, ujung-ujung kuku pucat



5. Komplikasi

Pada kehamilan Trimester 2 komplikasi yang menyertai anemia ini antara lain adalah partus prematurus, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (PJT), asfiksia, gestosis/manifestasi keracunan karena kehamilan, IQ bayi rendah, dekompensasi kordis)



6. Penanganan

a. Oral : pemberian fero sulfat,/fero gluconat/Na-fero bisitrat 60 mg/hari, 800 mg selama kehamilan, 150-100 mg/hari

b. Parenteral : pemberian ferum dextran 1000 mg (20 ml) IV atau 2×10 ml/IM



B. Anemia Megaloblastik

1. Pengertian

Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat



2. Gejala

a. Tangan atau kaki kesemutan dan kaku

b. Kehilangan sensasi sentuh

c. Kehilangan kemampuan indera penciuman

d. Sulit berjalan dan terlihat goyah

e. Demensia (kehilangan kemampuan psikis atau mental)

f. Kejiwaan terganggu (halusinasi, paranoia, psikosis / gangguan jiwa yang disertai dengan disintegrasi kepribadian)





1.2. Abortus

A. Pengertian

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 gr, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.Abortus dapat di bagi sebagai berikut :

1. Abortus spontan adalah yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus spontan dapat dibagi atas:

a. Abortus kompletus (keguguran lengkap) artinya seluruh konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus),sehingga rongga rahim kosong.

b. Abortus inkompletus (keguguran besisa) hanya sebagian dari hasil konsepsi yang di keluarkan,yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

c. Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah abortus yang berlangsung,dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat di pertahankan lagi.

d. Abortus iminens (keguguran yang bisa di pertahankan) keguguran yang keluarnya fetus masih dapat di cegah dengan memberikan obat-obatan hormonal dan antipasmodika serta istirahat.

e. Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak di keluarkan selama 2 bulan atau lebih.

f. Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

g. Abortus infeksiosus adalah keguguran yang di sertai infeksi genital.

h. Abortus septik adalah keguguran di sertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritonium.



2. Abortus provakartus Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a. Abortus medisinalis (abortus therapeutic) adalah abortus karena tindakan kita sendiri,dengan alasan bila kehamilan di lanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter.

b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau berdasarkan indiksi medis.



B. Etiologi

Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa penyebab diantaranya :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.

2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.

3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.

4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan) dan kelainan bawaan pada rahim.

5. Kelainan pada ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.



Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kelainan pertumbuhan pada janin antara lain adalah :

1. Kelainan kromosom.

Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2. Lingkungan kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinggga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

3. Pengaruh dari luar.

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

4. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

5. Penyakit ibu.

a. Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.

b. Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.



C. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua lebih dalam, sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul dengan plasenta.Pedarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama (missed abortion).

Apabila janin yang mati tidak dikeluarkan secepatnya, maka akan menjadi mola karneosa. Mola karneosa merupakan suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah.Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang telah berdegenerasi tersebar diantaranya.Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal.Bentuk lainnya adalah mola tuberosa, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi. Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan amnion berkurang akibat diserap, kemudian janin menjadi gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut janin dapat menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat dikeluarkan adalah terjadinya maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah.Kulit melunak dan terkelupas in uterus atau dengan sentuhan ringan.Organ-organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis.



D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari Abortus antara lain adalah :

1. Perdarahan bisa sedikit atau banyak

2. Uterus tidak membesar

3. Tidak terdengar DJJ



E. Komplikasi

Komplikasi dari Abortus antara lain adalah :

1. Perdarahan (haemorrhage)

2. Perforasi ; sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.

3. Infeksi dan tetanus

4. Payah ginjal akut

5. Syok disebabkan perdarahan yang banyak dan infeksi berat.



F. Penatalaksanaan

1. Tirah baring

2. Obat

a. Penenang

b. Antispasme

3. Hormonal

a. Progesteron

b. Duphaston

c. Gestanon / Parameston

4. Periksa lab penunjang.





1.3. Kehamilan Ektopik Terganggu

A. Pengertian

Kehamilan ektopik atau yang dikenal orang awam sebagai kehamilan di luar kandungan adalah implantasi (penanaman) ovum yang telah dibuahi di tempat yang tidak semestinya (diluar rahim).Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik akan menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir sampai kematian karena terjadinya perdarahan di dalam rongga perut yang tidak dapat terlihat dengan mata kasat.



B. Etiologi

Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :

1. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas

2. Riwayat operasi tuba.

3. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.

4. Kehamilan ektopik sebelumnya.

5. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.

6. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.

7. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.

8. Operasi plastik pada tuba.

9. Abortus buatan.



C. Patofisiologi

Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri.Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu:

1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.

2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.

3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba

Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda.Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.



D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari kehamilan ektopik terganggu antara lain adalah :

1. Amenorhea

2. Nadi cepat dan lemah (110X/menit atau lebih)

3. Kelelahan dan pucat

4. Nyeri perut bagian bawah yang snagat dan berawal dari satu sisi, tengah, seluruh perut bagian bawah akibat robeknya tuba

5. Penderita bisa sampai pingsan dan syok

6. Perdarahan pervaginam biasanya berwarna hitam

7. Pusing, perdarahan, berkeringat, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi BAK meningkat.



E. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.

Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi.Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.





1.4. Mola Hidatidosa

A. Pengertian

Mola hidatidosa adalah jonjot karion (charionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandug banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan.Karena itu disebut hamil anggur atau mata ikan.Kelainan ini merupakan neoplasma yang jinak. Mola di bagi menjadi dua yaitu :

1. Mola hidatidosa klasik/komplet

a. Janin atau bagian tubuh janin tidak ada

b. Sering disertai pembentukan kista lutein (25-30%)

2. Mola hidatidosa parsial/inkomplet

a. Janin atau bagian tubuh janin ada

b. Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada trimester pertama.



B. Etiologi

1. Faktor ovum : ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat di keluarkan.

2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

3. Paritas tinggi

4. Kekurangan protein

5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.



C. Patofisiologi

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :

1. Teori missed abortion. Janin mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

2. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.

3. Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.



D. Tanda dan Gejala

Gejala dari penyakit ini di tunjukan sebagaimana orang hamil normal, tanda awal persis kehamilan biasa, misalnya terlambat haid, keluhan mual, muntah.Hanya saja keluhan tersebut lebih hebat.Jika diperiksa tes kehamilan, hasilnya positif juga.

Selain gejala umum di atas, tanda-tanda lain diantaranya: tidak ada tanda-tanda gerakan janin, rahim nampak lebih besar dari umur kehamilan, misalnya terlambat 2 bulan, rahim nampak seperti hamil 4 bulan, keluar gelembung cairan mirip buah anggur bersamaan dengan perdarahan.

1. Anamnesa atau keluhan

a. Terdapat gejala hamil muda

b. Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna merah tua, atau kecoklatan seperti bumbu rujak.

c. Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dari tua kehamilan seharusnya.

d. Keluar jaringan seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang merupakan diagnosa pasti.

2. Inspeksi

a. Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (mola face).

b. Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.

3. Palpasi

a. Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.

b. Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen juga gerakan janin

c. Adanya fenomika harmonika : darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi

Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan

4. Uji sonde

Sonde dimasukkan secara pelan-pelan dan hati-hati kedalam serviks kanalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola

5. Foto rontgen : tidak terlihat tulang-tulang janin pada kehamilan 3-4 bulan.

6. USG: akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.



E. Penatalaksanaan

1. Terapi

a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki KU dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama dengan manual digital baru setelah itu evakuasi sisanya dengan kuretase.

b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil

§ Pasang beberapa ganggang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam

§ Setelah itu pasang infus dektrose 5% yang berisi 50 satuan oksitosin baru setelah itu evakuasi isi kavum

§ Kalau perdarahan banyak berikan transfusi darah dan lakukan tampon uterovaginal selama 24 jam.

c. Berikan obat-obatan antibiotika, uterotonika dan perbaiki KU

d. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk pemeriksaan lab

e. Histrektomi total dilakukan untuk resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

2. Periksa ulang

Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil. Juga dinasehatkan mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun.

a. Setiap minggu pada triwulan pertama

b. Setiap 2 minggu pada triwulan kedua

c. Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

d. Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap tiga bulan

Setiap periksa ulang penting diperhatikan :

· Gejala klinis, perdarahan, KU

· Lakukan pemeriksaan pemeriksaan dalam pemeriksaan inspekulo : keadaan serviks, uterus terus bertambah kecil atau tidak, kista lutein bertambah kecil atau tidak.

· Reaksi biologis atau imunologis air seni. Jika reaksi kemih + maka harus dicurigai adanya keganasan.

3. Sitostatika profilaksis : pemberian methotrexate (MTX) dengan syarat:

a. Pengamatan lanjutan sukar dilakukan.

b. Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasanya tetap + (positif).

c. Pada high risk mola.

Tidak ada komentar: