JuLie ZonE



"Dunia, tempat, dan ruang yang hanya ada aku...."


It's Me...
My Word..
My Mine..
My Everything...

Selasa, 08 Oktober 2013

UNSAFE ABORTION

BAB II
PENDAHULUAN


A. Pengertian Aborsi

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin.

Melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan). 



B. Klasifikasi Aborsi

Beberapa jenis aborsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Abortus spontanea

Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:

a) Abortus Imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks

b) Abortus Insipiens

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus

c) Abortus Inkompletus

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus

d) Abortus Kompletus

Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.


2. Abortus provokatus

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat / dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.

Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik :

a. Abortus Provokatus Medisinalis / Artificialis / Therapeuticus. 

Abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.

b. Abortus Provokatus Kriminalis.

Aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.


3. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturut - turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu dan umumnya disebabkan karena kelainan anatomic uterus atau kelainan factor imunologi.


4. Missed Abortion

Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4 minggu atau lebih.


5. Abortus Septik

Tindakan pengakhiran kehamilan dikarenakan sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.



C. Penyebab Aborsi

1. Penyebab dari segi Maternal.

a) Penyebab secara umum:

1) Infeksi akut

§ Virus, misalnya Cacar, Rubella, Hepatitis.

§ Bakteri, misalnya Streptokokus.

§ Parasit, misalnya Malaria.

2) Infeksi kronis

§ Sifilis.

§ Tuberkulosis paru aktif.

§ Keracunan, misalnya keracunan Tembaga, Timah, Air Raksa, dll.

§ Penyakit kronis, misalnya Hipertensi, Nephritis, Diabetes, Anemia Berat, Penyakit Jantung, Toxemia Gravidarum

§ Gangguan fisiologis, misalnya Syok, Ketakutan, dll.

§ Trauma fisik.


b) Penyebab yang bersifat lokal:

1) Fibroid, Inkompetensia Serviks.

2) Radang Pelvis Kronis, Endometrtis.

3) Retroversi kronis.

4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.


2. Penyebab dari segi Janin

a) Kematian janin akibat kelainan bawaan.

b) Mola hidatidosa.

c) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.


3. Alasan Melakukan Aborsi

Ada beberapa alasan wanita melakukan Aborsi :

a) Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

b) Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan / tidak mau untuk punya anak lagi.

c) Kehamilan di luar nikah.

d) Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

e) Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

f) Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

g) Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.



D. Aborsi dan UU Kesehatan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.

Pasal 346 : Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 348 :

1. Barang siapa menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tutjuh tahun.

Pasal 349 : Jika seorang tabib, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan spertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan

Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.




BAB III

PEMBAHASAN



A. Pengertian Unsafe Abortion

Unsafe Abortion adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih / kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.

Unsafe Abortion adalah prosedur untuk melakukan terminasi (penghentian) kehamilan yang tidak diingini (unwanted pregnancy), baik oleh karena buruknya ketrampilan penolong maupun karena lingkungan yang memiliki standar medis minimal yang buruk atau karena kedua - duanya. (WHO, 1998)

Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.

(http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2009/12/unsafe-abortion.html)

Tindakan Unsafe Abortion yang sering dilakukan wanita adalah seperti melakukan kekerasan fisik seperti berlari, naik sepeda atau naik kuda. Jika tindakan pertama tidak berhasil, maka wanita tersebut melakukan tindakan kedua dengan cara mengonsumsi obat-obatan yang dapat menggugurkan kandungan. Misalnya, wanita tersebut sengaja mengonsumsi obat-obatan yang dilarang untuk wanita hamil. Bisa juga dengan cara mengonsumsi obat tradisional seperti nenas muda.

WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian Unsafe Abortion. Sekitar 13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi aborsi yang tidak aman. 95% (19 dari setiap 20 tindakan aborsi tidak aman) di antaranya terjadi di negara-negara berkembang. ( Safe Motherhood 200; 28 (1) )




B. Penyebab Unsafe Abortion

Ada beberapa alasan yang sering menyebabkan calon Ibu memilih untuk menggugurkan kandungannya seperti :

1. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

2. Alasan psikososial, dimana ibu sendiri tidak ingin punya anak lagi.

3. Kehamilan di luar nikah.

4. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.

5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.

6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.

7. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.



Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi, keluarga miskin yang tidak ingin menambah anak dan lainnya. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya. Tanpa disadari, Unsafe Abortion akhirnya dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan reproduksi bahkan mengakibatkan kematian bagi calon ibu.



C. Ciri – Ciri Unsafe Abortion

1. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis

2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana

3. Kurangnya fasilitas dan sarana

4. Status illegal



D. Metode Unsafe Abortion

Metode aborsi yang tidak aman yang umumnya digunakan di berbagai negara bervariasi, dari metode teknik medis lanjut yang digunakan oleh dokter sampai teknik tradisional berbahaya yang digunakan oleh dukun, teman, atau tetangga yang menolong atau oleh wanita hamil itu sendiri.

Untuk para pelaku abortus yang tidak profesional, upaya yang dilakukan antara lain adalah :

1. Umum

a. Latihan olahraga berlebihan

b. Naik kuda berlebihan

c. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga

d. Tekanan / trauma pada abdomen



2. Lokal

a. Menggunakan alat untuk memasang IUD

b. Menggunakan alat yang dapat dilalui arus listrik

c. Aspirasi jarum suntik. Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.

d. Memasukkan alat-alat seperti pensil, paku, jeruji sepeda, alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam uterus untuk merobek kantong kehamilan. Tujuannya adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka resikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina.



3. Sediaan jamu dan obat-obatan per oral juga sering digunakan. Berbagai jamu dan obat yang diduga bersifat abortif dapat ditemukan di pasaran bebas di negara-negara berkembang. Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain :

1. Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid

Misal : Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.

2. Purgativa / Emetica : obat-obatan yang menimbulkan kontraksi

Misal : Colocynth, Aloe, Castor oil, Magnesim sulfate, Sodium sulfate.

3. Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung

Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin.

4. Garam dari logam : menimbulkan tonik kontraksi pada uterus.

Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride.



E. Dampak dari Unsafe Abortion

1. Dampak sosial.

a. Biaya lebih banyak

b. Dilakukan secara sembunyi - sembunyi.



2. Dampak kesehatan.

a. Bahaya bagi ibu :

§ Perdarahan

§ Resiko infeksi.

§ Sepsis, yaitu infeksi yang ekstensif sampai ke seluruh tubuh

§ Perforasi

§ Pelekatan pada kavum uteri

§ Luka pada serviks uteri

§ Perlukaan intra-abdomen (dalam perut)

§ Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dapat menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia.

§ Kematian atau setidaknya kecacatan rahim



b. Bahaya bagi Janin :

Kegagalan dari proses Unsafe Abortion dapat menyebabkan kecacatan pada janin apabila janin dapat bertahan hidup dan mungkin dapat berakhir pada kematian janin.



3. Dampak psikologis.

a. Ketakutan

b. Trauma



F. Peran Bidan dalam Mencegah Unsafe Abortion

Strategi yang dapat diambil bidan untuk menurunkan risiko kematian Ibu karena Unsafe Abortion (aborsi tidak aman) adalah dengan menurunkan ‘demand’ perempuan terhadap Unsafe Abortion (aborsi tidak aman). Yaitu seperti :

1. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan

2. Peningkatan sumber daya manusia

3. Konseling Keluarga Berencana (KB)

Dimaksudkan untuk membimbing klien melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi.

4. Sex Education.

Bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka mulai bertanya mengenai seks.

5. Penyuluhan tentang aborsi dan bahayanya.

6. Bila Aborsi memang menjadi jalan yang terakhir yang dapat diambil seoarang calon Ibu dikarenakan hubungannya dengan kesehatan, maka seorang Bidan hanya dapat memberikan informasi yang cukup agar bagaimana aborsi bisa berlangsung aman untuk mencegah terjadinya kematian Ibu, yaitu:

a. Dilakukan oleh pekerja kesehatan, terutama Dokter yang benar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi

b. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak

c. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril atau tidak tercemar kuman dan bakteri

d. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.



Namun, perlu para Bidan sadari bahwa resiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun telah dilakukan pencegahan sebelumnya. Apabila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman.

LAPORAN PENDAHULUAN TROMBOFLEBITIS

LAPORAN PENDAHULUAN


TROMBOFLEBITIS



A. Pendahuluan

Dalam beberapa hari setelah melahirkan, suhu badan ibu akan sedikit naik, antara 37,2 oC - 37,8 oC oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi. Dalam hal ini disebut demam resorbsi dan hal ini adalah normal.

(Rustam Muchtar, 1998)

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Mobilitas puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38 oC atau lebih selama 2 hari. Dalam 10 hari pertama post patum. Kecuali pada hari petama. Suhu diukur 4 kali sehari secara oral atau dari mulut. (Adele Pillitteri, 2007)



Beberapa faktor predisposisi :

1. Kurang gizi atau nutrisi

2. Anemia

3. Higiene

4. Kelelahan

5. Proses persalinan bermasalah :

a. Partus lama / macet

b. Korioamnionitis

c. Persalinan traumatik

d. Kurang baiknya pencegahan infeksi

e. Manipulasi yang berlebihan

f. Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas. (Abdul B. S., dkk, 2002)



Cara terjadinya infeksi :

1. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada didalam rongga rahim.

2. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya atau orang lain.

3. Alat-alat yang tidak suci hama.

Klasifikasi infeksi : Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks, dan endometrium. Infeksi yang menyebar ketempat lain melalui : pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium (Rustam Muchtar, 1998).





B. Pengertian

Tromboflebitis adalah invasi / perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah.

Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin selama kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan statis dan pembekuan darah pada ekstremitas bagian bawah.

(Adele Pillitteri, 2007).



1. Klasifikasi

Tomboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Pelvio Tromboflebitis

Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak dibagian atas uterus, yang biasanya dengan proses unilateral.

Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo - ooforitis dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke - 14 atau ke - 15 pasca partum.

b. Tomboflebitis femoralis

Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke - 10 pasca partum.

(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)

2. Etiologi

a. Perluasan infeksi endometrium

b. Mempunyai varises pada vena

c. Obesitas

d. Pernah mengalami tromboflebitis

e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama

f. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga

(Adele Pillitteri, 2007)



3. Tanda dan Gejala

a. Pelvio Tromboflebitis

1) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2 - 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.

2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut :

a) Menggigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30 - 40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.

b) Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)

c) Penyakit dapat berlangsung selama 1 - 3 bulan

d) Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-paru

3) Abses pada pelvis

4) Gambaran darah

a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar kesirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)

b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.

5) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika, yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.



b. Tromboflebitis femoralis

1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 - 10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 - 20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.

2) Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya

b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas

c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha

d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dingin dan pulsasi menurun.

e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah ke atas.

f) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif)



4. Penatalaksanaan

a. Pelvio Tromboflebitis

1) Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik

2) Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum

3) Terapi medic : pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum

4) Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan

(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)



b. Tromboflebitis Femoralis

1) Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.

2) Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.

3) Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.

4) Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.

5) Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.

6) Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.

7) Berikan anti koagulan, analgesik dan anti biotik sesuai dengan resep.

8) Berikan alat pamanas seperti lampu atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.

9) Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.

10) Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.

11) Dapatkan laporan mengenai lokhea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika klien dalam terapi antikoagulan.

12) Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.

13) Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada di dalam air susu.

14) Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.

15) Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi subkutan

16) Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan tromboflebitis yang tepat telah dlakukan.

(Adele Pillitteri, 2007)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TROMBOFLEBITIS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU NIFAS DENGAN TROMBOFLEBITIS DI RUANG NIFAS

RS. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN





Pengkajian

Hari / Tanggal : Sabtu, 16 September 2010

Jam : 17.00 WITA

No. RMk : 082350



A. Data Subjektif

1) Identitas

Nama istri : Ny. At

Umur : 25 tahun

Suku / bangsa : Banjar / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Kuin Selatan Gang. Purnama No. 17 RT. 07 Banjarmasin



Nama suami : Tn. Ut

Umur : 30 tahun

Suku / bangsa : Banjar / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Kuin Selatan Gang. Purnama No. 17 RT. 07 Banjarmasin



2) Keluhan Utama

Ibu mengatakan setelah melahirkan empat hari yang lalu, badannya terasa panas, kakinya sakit, kemerahan dan bengkak.







3) Status Perkawinan

a. Kawin : Ya

b. Usia kawin : 23 tahun

c. Lamanya : 2 tahun

d. Berapa kali : 1 kali

e. Dengan suami sekarang : 2 tahun

f. Istri keberapa : ke dua



4) Riwayat Kehamilan

a) Kehamilan

P1 A0

Masa gestasi : 40 minggu

Keadaan Anak : hidup

b) Riwayat penyakit kehamilan

Perdarahan : Tidak pernah

Pre-eklampsia : Tidak ada

Eklampsia : Tidak pernah

Penyakit kelamin : Tidak ada

c) Kebiasaan waktu hamil

Nutrisi : Ibu makan 3 x sehari dengan menu bervariasi, dengan porsi

satu piring nasi, sayur, ikan, telur, daging, tahu dan tempe serta buah – buahan.Ibu minum 8 - 12 gelas / hari dan minum susu 2 gelas / hari

Obat-obatan : Sf, Vit C, Vit B6, Vit B12 dan B komplek



5) Riwayat persalinan

a) Hari / Tanggal : Selasa, 12 September 2010

b) Jam Lahir : 19.00 Wita

c) Jenis Persalinan : Spontan – belakang kepala

d) Ditolong oleh : Bidan

e) Data persalinan

Kala I : Lamanya 5 jam 30 menit, Blood Slym keluar saat pembukaan lengkap, ketuban pecah spontan, air ketuban jernih dan berbau amis.

Kala II : Lamanya 10 menit, persalinan spontan pervaginam – belakang kepala, bayi lahir normal dan dalam keadaan hidup, jenis kelamian laki-laki, Berat Badan 2800 gram, Panjang Badan 53 cm, tidak ada lilitan tali pusat, tidak ada robekan jalan lahir, jumlah perdarahan +/- 100 cc.

Kala III : Lamanya 5 menit, plasenta lahir spontan, kotiledon dan selaput ketuban lengkap, berat plasenta 500 gram, kontraksi uterus baik, jumlah perdarahan +/- 100 cc.

Kala IV : Berlangsung normal (2 jam post partum), kontraksi uterus baik, jumlah perdarahan +/- 200 cc.

f) Komplikasi Persalinan

Ibu : -

Bayi : -



6) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu tidak pernah menderita penyakit menular dan menahun serta tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi seperti kista, mioma, ca cerviks dan lain-lain.

b) Riwayat kesehatan keluarga

Dari pihak keluarga ibu dan suami tidak ada yang mengidap penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menahun.



B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Tinggi badan : 160 cm

d. Berat badan

Sebelum Hamil : 60 kg

Hamil Aterm : 69 kg

Setelah Melahirkan : 63 kg





e. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110 / 70 mmHg

Nadi : 80 X / menit

Suhu : 37,8 ºC

Respirasi : 22 X / menit



2. Pemeriksaan khusus

a. Inspeksi

1) Kepala

Rambut : Tampak bersih dan tidak rontok

Muka : Tidak tampak odema dan chloasma gravidarum

Mata : Konjungtiva pucat dan sklera tidak tampak ikterik

Hidung : Tidak tampak adanya benjolan abnormal / polip

Telinga : Kebersihan baik dan tidak tampak adanya benjolan

abnormal

Mulut / gigi : Bibir tampak pucat dan gigi tidak ada caries

2) Leher : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid dan

vena jugularis

3) Payudara : Bentuk tampak simetris, payudara membesar, puting

susu menonjol dan ASI tampak keluar

4) Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tampak strie albikans

dan linea nigra

5) Genetalia : Pengeluaran darah nifas tampak normal, tidak

terdapat luka perineum, odema dan varises

6) Ekstremitas

Atas : Tidak tampak odema

Bawah : Tampak odema pada kaki kiri, paha dan betis kiri

tampak kemerahan serta bengkak



b. Palpasi

1) Kepala : Tidak teraba adanya benjolan abnormal

2) Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, vena

jugularis dan kelenjar limfe

3) Payudara : Tidak teraba benjolan abnormal

4) Abdomen : Fundus uteri teraba keras, TFU 2 jari di bawah pusat

dan kontraksi uterus baik

5) Ekstermitas

Atas : Tidak ada odema

Bawah : Tungkai kaki kiri odema, paha dan betis kiri bengkak

teraba keras dan tegang



3. Pemeriksaan penunjang

HB : 9 gr %

Protein urin : -

Reduksi Urin : -



C. Assessment

P1 A0 Post Partum Spontan – Belakang Kepala



D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, bahwa ibu mengalami tromboflebitis femoralis sehingga kaki ibu bengkak dan tegang dan terasa nyeri.

· Tekanan darah : 110 / 70 mmHg

· Nadi : 80 X / menit

· Suhu : 37,8 ºC

· Respirasi : 22 X / menit

· TFU normal : 2 jari di bawah pusat

· Kontraksi uterus baik

2. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan ambulasi dini agar dapat meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan bekuan darah.

3. Menjelaskan pada ibu untuk tidak berada pada posisi litotomi dan tidak menggantung kaki lebih dari 1 jam dan memberi alas penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis.

4. Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang cara mengurangi nyeri yaitu :

· Tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang bengkak

· Menyediakan stoking pendukung untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi statis

· Memakai stoking pendukung sebelum bangun pagi dan melepasnya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya

· Kaki dikompres dengan air hangat

5. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya pemenuhan keutuhan nutrisi bagi ibu nifas seperti mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, mineral, vitamin dan cukup (sayur-sayuran, tempe, tahu, telur, ikan, buah-buahan dan susu)

6. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk minum 3 liter setiap hari (8 - 12 gelas setiap hari) untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan panas dengan adanya peningkatan pengeluaran urine

7. Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat :

· Terapi pemberian antipiretik, untuk mengatasi demam

· Terapi pemberian anti analgesik, untuk mengatasi rasa nyeri

· Terapi pemberian antibiotik, untuk mengatasi infeksi



C. Evaluasi

1. Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh bidan.

2. Ibu bersedia melakukan apa yang dianjurkan bidan.

3. Ibu mengerti tentang cara mengurangi nyeri dan mau melakukannya.

4. Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi ibu nifas dan ibu mengatakan akan memperhatikan keadaan gizinya.

5. Ibu mengatakan akan minum 8 - 12 gelas setiap hari.

6. Ibu mengatakan akan minum obat yang telah diberikan dan akan kontrol ulang setelah obat habis.















CATATAN PERKEMBANGAN



1) Hari ke - 7 tanggal 19 September 2007

S : - Ibu mengatakan nyeri kaki dan betis agak berkurang

- Ibu mengatakan demam berkurang

- Ibu mengatakan bisa melakukan ambulasi dini

O : - Keadaan umum baik

Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg

Pernapasan : 20 X / menit

Nadi : 80 X / menit

Temperatur : 37 oC

- TFU 3 jari di atas sympisis

- Lokhea sanguinolenta normal

- Bengkak pada kaki berkurang

A : P1 A0 post partum fisiologis H7

P : - Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi

- Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan ambulasi dini, meninggikan

bagian kaki yang terkena, melakukan kompres pada kaki

- Memberikan Ibu terapi obat :

Amoksilin 500 mg 3 x 1

vitamin C 15 mg 3 x 1

B Comp 10 mg 3 x 1

Parasetamol 500 mg (bila demam)

- Menganjurkan ibu untuk kontrol 4 hari kemudian



2) Hari ke - 11 tanggal 23 September 2010

S : - Ibu mengatakan kakinya tidak nyeri lagi

- Ibu mengatakan sudah tidak demam

- Ibu mengatakan sudah bias berjalan dengan baik

O : - Keadaan umum baik

Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg

Pernapasan : 20 X / menit

Nadi : 80 X / menit

Temperatur : 36 oC

- TFU tidak teraba di atas sympisis

- Lokhea sanguinolenta normal

A : P1 A0 post partum fisiologis H11

P : - Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi

- Menganjurkan ibu untuk segera periksa bila ada keluhan



3) Hari ke - 16 tanggal 28 September 2010

S : - Ibu mengatakan kakinya tidak nyeri lagi

- Ibu mengatakan sudah tidak demam

- Ibu mengatakan sudah bisa berjalan dengan baik

O : - Keadaan umum baik

Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg

Pernapasan : 20 X / menit

Nadi : 80 X / menit

Temperatur : 36 oC

- TFU tidak teraba dan tidak terasa nyeri

- Lokhea serosa normal

A : P1 A0 post partum fisiologis H16

P : - Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi

- Menganjurkan ibu untuk segera periksa bila ada masalah

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN TRIMESTER II

LAPORAN PENDAHULUAN 


KEHAMILAN TRIMESTER II



A. Pengertian

Kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. (Syarifuddin : 2001)

Kehamilan adalah periode dimana ovum yang telah dibuahi, berkembang didalam uterus, mengalami proses diferensiasi dan terus berkembang sampai bisa menunjang sendiri kehidupannya diluar uterus.

(Mochtar Rustam : 1988)

Kehamilan Trimester II adalah Kehamilan yang berusia antara 12 minggu sampai dengan 28 minggu.



B. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Ibu Hamil

Pada Trimester II biasanya ibu sudah kembali merasa sehat. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.

Pada trimester ini ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido. (PusDikNaKes, 2003 : 27)

Ibu merasa lebih stabil, kesanggupan mengatur diri lebih baik, kondisi atau keadaan ibu lebih menyenangkan, ibu mulai terbiasa dengan perubahan fisik tubuhnya, dan janin belum terlalu besar. Ibu sudah mulai menerima dan mengerti tentang kehamilannya. (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :154)




C. Kebutuhan Fisik Ibu hamil Trimester II

1. Oksigen

Oksigen penting dalam pembentukan energi agar produktivitas kerja dan tubuh tidak cepat lelah.

2. Nutrisi

Selama kehamilan ibu membutuhkan tambahan asupan makanan untuk pertumbuhan janin dan pertahanan dirinya sendiri. Tambahan gizi yang diperlukan ibu hamil adalah :

- Protein : Dari 6 gr/hari menjadi 10 gr/hari

- Vitamin : Sebagai pengatur dan pelindung

- Zat besi : Untuk mencegah anemia

- Kalsium : Untuk pertumbuhan tulang

- Yodium : Untuk mencegah perbesaran kelenjar gondok pada

ibu, perkembangan lambat sehingga akan terjadi

retardasi mental, cebol

3. Personal Hygien

Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara dan pakaian yang menyerap keringat.

4. Eleminasi

Lebih banyak cairan yang dikeluarkan melalui ginjal sebagai air seni sebelum pertengahan kehamilan tetapi berkurang pada akhir kehamilan.

5. Seksualitas

Kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Pada hamil muda seksual sedapat mungkin dihindari bila terdapat keguguran berulang atau mengancam, kehamilan dengan tanda infeksi, kehamilan dengan perdarahan, kehamilan dengan mengeluarkan air, atau kehamilan dengan perlukaan disekitar alat kelamin bagian luar.




6. Mobilisasi dan Body Mekanik

Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan mengangkat tanpa menjadi tegang.

Body mekanik (sikap tubuh yang baik) diinstruksikan kepada wanita hamil karena diperlukan untuk membentuk aktivitas sehari – hari yang aman dan nyaman selama kehamilan.

7. Senam Hamil

Senam hamil bukan merupakan keharusan, namun memberikan banyak manfaat dalam membantu kelancaran proses persalinan, antara lain dapat melatih bara mengedan yang benar.

8. Istirahat dan Tidur

Istirahat bagi ibu hamil meringankan urat syaraf atau mngurangi aktifitas otot. Kegunaan istirahat adalah :

- Untuk melepaskan lelah

- Memberikan kesempatan pada tubuh untuk membentuk kegiatan baru

- Menambah kesegaran untuk melakukan pekerjaan

9. Imunisasi

Pada masa kehamilan ibu hamil diharuskan melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT). Gunanya dalam antenatal dapat menurunkan kemungkinan kematian bayi karena tetanus. Ia juga dapat mencegah kematian ibu yang disebabkan oleh tetanus.

Jadwal pemberian suntikan tetanus adalah :

- TT 1 : Selama kunjungan antenatal I

- TT 2 : 4 minggu setelah TT1

- TT 3 : 6 minggu setelah TT2

- TT 4 : 1 tahun setelah TT3

- TT 5 : 1 tahun setelah TT4

10. Traveling

Pada trimester II, Ibu diperbolehkan untuk berpergian dengan syarat harus menjaga kondisi fisik, tidak boleh terlalu lelah dan harus cukup mendapat Istirahat.

11. Memantau Kesejahteraan Janin

Tujuan dalam pemantauan janin adalah untuk deteksi dini ada / tidaknya faktor resiko kematian perinatal tersebut (hipoksia / asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, infeksi).

Cara – cara pemantauannya :

1) Perkiraan pertumbuhan janin dari tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan

2) Perkiraan berat janin dengan rumus Jhonson Tossec

3) Auskultasi denyut jantung janin dengan alat lennec / dopler / CTG

4) USG dan lain – lain



D. Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya

1. Kram otot

Penyebab :

- Karena tekanan syaraf pada ekstrimitas bawah oleh uterus yang besar

- Faktor yang memperberat pencapaian sirkulasi perifer kurang

- Penyerapan kalsium oleh janin meningkat sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tulang dan gigi

2. Anemia

Penyebab : kekurangan nutrisi, zat besi, folic acid, hemoglobinopati.

Penanganan :

- Kolaborasi untuk mendapatkan SF dan vit C

- Konsul tentang pemberian diet

- Beri nutrisi yang adekuat

- Istirahat yang cukup

3. Perubahan Libido

Penyebab : pengaruh antara psikologis, hormonal dan perubahan emosi

Penanganan :

- Anjurkan klien dan pasangannya

- Komunikasi yang baik dengan pasangannya

- Kasih sayang, kontak fisik yang dilakukan dialihkan ke kontak psikis.

4. Pruritus

Penyebab : belum diketahui secara pasti

Penanganan :

- Pastikan kuku wanita hamil pendek dan bersih untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah baru

- Oleskan air hangat atau lotion

5. Hiperpigmentasi, jerawat

Fisiologi rangsangan dari hormon mellanosit (dari pituitari anterior) biasanya akan hilang pada masa nifas.

Penanganan :

- Kuku hendaknya pendek dan bersih

- Ciptakan suasana yang nyaman

6. Gatal-gatal

Gatal-gatal terjadi pada perut paha payudara maupun pada bagian lain terutama pada lipatan-lipatan

Penyebab :

- Perenggang kulit

- Peningkatan pengeluaran keringat

Cara mengatasi

- Potong dan bersihkan kuku agar jika tergaruk tidak menimbulkan bekas

- Jaga kebersihkan kulit

- Mandi guyur minimal 2x sehari

- Kurangi pemakaian sabun

7. Pusing, dapat pingsan, mual, keringat dingin, pucat dalam posisi terlentang

Penyebab : Rahim menekan pembuluh darah

Cara mengatasi : Ambil posisi miring ke kiri atau setengah duduk dengan lutut agak ditekuk hingga gejala hilang

8. Ulu hati terasa panas

Penyebab :

- Kelambatan pengosongan lambung

- Lambung terdesak oleh rahim

Cara mengatasi :

- Jangan mengkonsumsi makanan yang memproduksi gas seperti kubis, nangka, sawi dan durian

- Hindari mengkonsumsi makanan yang berleak dan posrdi besar misalnya daging

- Minum sedikit susu atau teh hangat

9. Sembelit atau susah buang air besar (BAB)

Penyebab

- Peningkatan penyerapan air oleh usus

- Konsumsi tablet zat besi

- Kurang minum

- Kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan

- kurang gerak badan

- Penekanan usus oleh pembesaran rahim

10. Perut Kembung

Penyebab:

- Pengaruh hormonal

- banyak menelan udara

Cara mengatasi :

- Kunyak makanan perlahan sampai halus

- Hindari makanan yang memproduksi gas, makanan berlemak dan porsi besar misalnya daging

- Buang air besar secara teratur

11. Keputihan

Penyebab :

- Pengaruh horonal

- Peningkatan produksi lendir

Cara mengatasi :

- Jangan membilas bagian dalam liang senggama

- Kenakan pembalut wanita dan segera ganti jika sudah basah

- Jaga kebersihan alat kelamin ( bersihkan dari arah depan ke belakang)

- Jika gatal, bau menusuk, ada perubahan sifat dan warna segera laporkan dan konsultasikan pada tenaga kesehatan

12. Varises

Penyebab :

- Keturunan

- Pengaruh hormon kehamilan

- Pembesaran rahim yang menghabat aliran darah

- mengejang saat buang air besar

Cara mengatasi :

- jangan terlalu lama berdiri atau duduk

- hindari pakaian ketat

- Cukup bergerak

- Berbaring dengan kedua kaki ditinggikan misalnya dengan di ganjal bantal

- Jangan mengejan terlalu kuat saat buang air besar

13. Sakit Kepala

Penyebab :

- Ketegangan emosional

- Ketegangan pada mata (gangguan atau masalah pada mata)

Cara mengatasi

- santai dan istirahat

- Segera laporkan ke tenaga kesehatan jika berlangssung terus menerus

14. Nyeri pada lipatan paha

Penyebab : Penarikan otot paha akibat pembesaran rahim

Cara mengatasi :

- Istirahat

- Posisi jongkok dengan kedua paha membuka atau tekuk lutut ke arah dada

- Kompres hangat pada daerah yang nyeri

15. Nyeri Sendi

Penyebab : Perubahan keseimbangan tubuh oleh pembesaran perut

Cara mengatasi ;

- Santai dan istirahat

- Pakai sepatu berhak rendah

- Latihan menggoyangkan panggul



E. Pemeriksaan Kesehatan Rutin selama Trimester II

ANC sebaiknya dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan mencapai 32 minggu dan kemudian dilanjutkan setiap 2 minggu sekali sampai tanggal persalinan atau minimal selama trimester II dan trimester III. Pemeriksaan yang dilakukan selama kunjungan biasanya mencakup pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan fisik secara khusus, gunanya adalah untuk mengetahui kesehatan Ibu dan memantau pertumbuh-kembangan Janin.

Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan Janin dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badan. kenaikan berat badan rata-rata antara 6,5 Kg sampai 15 Kg selama hamil.

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN TRIMESTER III

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN TRIMESTER III



A. Pengertian

Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim seorang perempuan, masa kehamilan ini didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang dihasilkan oleh indung telur. (Dep Kes, 2009 : 15)

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan akan diakhiri dengan proses persalinan.

(http://www.susukolostrum.com/masalah-kesehatan-wanita.html)

Kehamilan Trimester III adalah Kehamilan yang berusia antara 28 minggu sampai dengan 40 minggu atau Aterm.



B. Perubahan Fisik dan Fisiologis pada Ibu Hamil

Perubahan yang terjadi pada ibu hamil antara lain :

1. Uterus

a. Ukuran

Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik endometrium menjadi desidua ukuran pada kehamilan cukup bulan 30 x 25 x 20 cm dengan kapitasi lebih dari 4000 cc.

b. Berat

Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40 pekan).

c. Bentuk dan Konsistensi

Rahim teraba berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu bagian-bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.



d. Posisi Rahim

Rahim memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati.

Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri. (Rustam Mochtar, 1998 : 36)

e. Vaskularisasi

Aa.uterin dan Aa.Ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak-anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena) mengembang dan bertambah. (Rustam Mochtar, 1998 : 36)

f. Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan

Pada kehamilan 28 minggu, Tinggi Fundus Uteri terletak 2 – 3 jari di atas pusat. Menurut Spiegelberg dengan mengukur Tinggi Fundus Uteri dari Simpisis adalah 26,7 cm diatas Simpisis.

Pada kehamilan 36 minggu, Tinggi Fundus Uteri terletak 3 jari di bawah Processus Xiphoideus.

Pada kehamilan 40 minggu, Tinggi Fundus Uteri terletak sama dengan 8 bulan tapi melebar ke samping yaitu terletak diantara pertengahan pusat dan Processus Xiphoideus.

(Rustam Mochtar, 1998 : 52)

2. Serviks Uteri

Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) disebut tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus, karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livide disebut tanda Chadwick. (Rustam Mochtar, 1998 : 35)

3. Ovarium (indung telur)

Ovulasi terhenti. Masih terdapat Korpus Luteum Graviditas sampai terbentuknya Uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone (kira – kira pada kehamilan 16 minggu dan Korpus Luteum Graviditas berdiameter kurang lebih 3 cm). Kadar relaxin di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama.

Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.

(Rustam Mochtar, 1998 : 35)

4. Vagina dan vulva

Vagina dan vulva terjadi perubahan karena pengaruh estrogen. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina atau portio serviks disebut tanda Chadwick. (Rustam Mochtar, 1998 : 35)

5. Dinding Perut (Abdominal Well)

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastik di bawah kulit sehingga timbul striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra. (Rustam Mochtar, 1998 : 36)

6. Mammae

Selama kahamilan payudara bertambah besar, tegang, berat. Dapat teraba noduli – noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan vena – vena lebih membiru. Terdapat juga hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara. Kalau payudara diperas maka akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning.

(Rustam Mochtar, 1998 : 40)

7. Sirkulasi darah

a. Volume darah

Volume dan darah total dan volume plasma darah naik pesat. Volume darah akan bertambah banyak, kira – kira 25 % dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung (Cardiac Output) yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%. Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% saat mendekati cukup bulan. (Rustam Mochtar, 1998 : 37)

b. Nadi dan tekanan darah

Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester kedua dan naik lagi seperti pada prahamil. Tekanan vena dalam batas-batas normal.

Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 kali permenit.

(Rustam Mochtar, 1998 :38)

c. Jantung

Pompa jantung mulai naik kira – kira 30%. Setelah kehamilan 3 bulan dan menurun lagi pada minggu – minggu terakhir kehamilan.

(Rustam Mochtar, 1998 : 38)

8. Sistem respirasi

Wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru meningkat sedikit selama hamil. Seorang wanita hamil selalu bernafas dada (thoracic breathing). (Rustam Mochtar, 1998 : 38)

9. Traktus urinarius

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul karena kandung kencing mulai tertekan.

Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh progesterone. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar daripada ureter kiri karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke arah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering memakai tangan kanannya atau disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut lebih sering dijumpai Hidroureter Dekstra dan Pielitis Dekstra.

Disamping sering kencing tersebut diatas terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69 %. Reabsorbsi di tubulus tidak berubah sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam folik dalam kehamilan.

(Hanifa Wiknjosastro, 2002 : 97)



10. Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat – alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh Lobus Anterior Hipofisis.

Kadang – kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung dikenal sebagai Cloasma Gravidarum. Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. Linea Alba pada kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai Linea Nigra.

Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan disebut Striae Livide. Setelah partus Striae Livide ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut Striae Albikantes. Pada seorang multigravida sering tampak Striae Livide bersama Striae Albikantes.

(Hanifa Wiknjosastro, 2002 : 97 – 98 )

11. Sistem Endokrin

Beberapa kelenjar endokrin terjadi perubahan seperti :

Kelenjar Tiroid : Dapat membesar sedikit

Kelenjar Hipofise : Dapat membesar terutama lobus anterior

Kelenjar Adrenal : Tidak begitu terpengaruh

12. Metabolisme

Umumnya kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi sehat.

a. Tingkat metabolic basal (basal metabolic rate,BMR) pada wanita hamil meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir.

b. Keseimbangan asam –alkali (acic base balance) sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali.

c. Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi.

d. Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat, sering kencing, dan kadang kala dijumpai glukosuria yang mengingatkan kita pada diabetes melitus. Dalam keadaaan hamil, pengaruh kelenjar endokrin agak terasa, seperti somatomamotropin, plasma insulin dan hormon-hormon adrenal 17-ketosteroid.

e. Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatomamotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak lainya terdapat di badan, perut, paha dan lengan.

f. Metabolisme mineral

Kalsium dibutuhkan rata – rata 1,5 gram sehari sedangkan untuk pembentukan tulang terutama dalam trimester terakhir dibutuhkan 30 – 40 gram.

Fosfor : Dibutuhkan rata-rata 2 g/hari.

Zat besi : Dibutuhkan tambahan zat besi ± 800 mg (30-50 mg/hari)

Air : Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

g. Berat badan wanita hamil akan naik rata-rata sekitar 10-14 kg, yaitu pada Trimester I = 1-2 kg, Trimester II = 5-7 kg, dan Trimester III = 4-5 kg. Kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh : Janin, uri, air ketuban, uterus, payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air. Kenaikan berat badan yang berlebihan biasa ditemukan pada Ibu hamil yang mengalami keracunan kehamilan. (http://www.dr-suparyanto.blogspot.com)

h. Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat arang, khususnya sesudah kehamilan 5 bulan keatas. Namun bila dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori.

i. Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak protein. Di Indonesia masih banyak dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B, oleh karena itu wanita hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan vitamin. (Rustam Muchtar, 1998 : 39-40)

13. Sistem Muskuloskeletal

Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone dan elastin dalam kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan persendian.

Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan adalah peregangan otot-otot dan pelunakan ligament-ligamen. Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan – perubahan tersebut adalah Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan), Otot – otot abdomal (meregang ke atas uterus hamil) dan Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus). Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan struktural dan bagian bermasalah yang potensial dikarenakan beban dan menekan kehamilan.

Oleh karena itu masalah postur merupakan hal biasa dalam kehamilan :

a. Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan merubah dimensi tubuh dan pusat gravitasi.

b. Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar membentur benda-benda (memar biru) dan kehilangan keseimbangan (jatuh).

(PusDikNaKes, 2003 :100)



C. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil

Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu.

Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan pada timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya.

Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga tentang jenis kelamin bayinya dan akan mirip siapa. Bahkan mereka mungkin juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya. (PusDikNaKes, 2003 : 28)

Berat badan ibu meningkat, adanya tekanan pada organ dalam, adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya semakin besar, adanya perubahan gambaran diri (konsep diri, tidak mantap, merasa terasing, tidak dicintai, merasa tidak pasti, takut, juga senang karena kelahiran sang bayi).

(Tri Rusmi Widayatun, 1999 : 154)



D. Kebutuhan Fisik Ibu hamil Trimester III

1. Oksigen

Oksigen penting dalam pembentukan energi agar produktivitas kerja dan tubuh tidak cepat lelah.

2. Nutrisi

Pada trimester ketiga (sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat baik, tetapi jangan berlebihan, kurangi karbohidrat, tingkatkan protein, sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap dikonsumsi. Selain itu kurangi makanan terlalu manis (seperti gula) dan terlalu asin (seperti garam, ikan asin, telur asin, tauco dan kecap asin) karena makanan tersebut akan memberikan kecenderungan janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan.

3. Personal Hygiene

Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, seperti mandi dua kali sehari, mengganti pakaian dalam setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara dan pakaian yang menyerap keringat.

4. Eliminasi

Lebih banyak cairan yang dikeluarkan melalui ginjal sebagai air seni dan perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit). Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya gerakan ibu hamil, untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk meningkatkan gerak, banyak makan makanan berserat (sayur dan buah-buahan).

5. Seksualitas

Kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual asalkan dilakukan dengan hati-hati dan dengan cara yang benar. Perlu diketahui keinginan seksual ibu hamil tua sudah berkurang karena berat perut yang makin membesar dan tekniknya pun sudah sulit dilakukan.

6. Mobilisasi dan Body Mekanik

Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan mengangkat tanpa menjadi tegang. Body mekanik (sikap tubuh yang baik) diinstruksikan kepada wanita hamil karena diperlukan untuk membentuk aktivitas sehari – hari yang aman dan nyaman selama kehamilan.

7. Senam Hamil

Senam hamil bukan merupakan keharusan, namun memberikan banyak manfaat dalam membantu kelancaran proses persalinan, antara lain dapat melatih cara mengedan yang benar.

8. Istirahat dan Tidur

Istirahat bagi ibu hamil meringankan urat syaraf atau mngurangi aktifitas otot. Kegunaan istirahat adalah :

a. Untuk melepaskan lelah

b. Memberikan kesempatan pada tubuh untuk santai dan membentuk kegiatan baru

c. Menambah kesegaran untuk melakukan pekerjaan selanjutnya

d. Mengembalikan kekuatan tubuh yang hilang

9. Imunisasi

Pada masa kehamilan ibu hamil diharuskan melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT). Gunanya dalam antenatal dapat menurunkan kemungkinan kematian bayi karena tetanus dan juga dapat mencegah kematian ibu yang disebabkan oleh tetanus.

Jadwal pemberian suntikan tetanus pada Ibu hamil adalah :

a. TT 1 : Selama kehamilan Trimester II, biasanya diberikan saat

usia kehamilan Ibu mencapai 6 bulan.

b. TT 2 : 1 bulan setelah pemberian TT 1

10. Traveling

Pada kehamilan trimester III, biasanya Ibu tidak dianjurkan untuk berpergian karena beban perut Ibu yang semakin besar, dikhawatirkan dapat menyebabkan Ibu kelelahan dan menimbulkan ketidaknyamanan, seperti mengakibatkan adanya gangguan sirkulasi darah dan Oedema pada tungkai karena kaki yang tergantung dan duduk terlalu lama saat perjalanan.

11. Memantau Kesejahteraan Janin

Tujuan dalam pemantauan janin adalah untuk deteksi dini ada / tidaknya faktor resiko kematian perinatal tersebut (hipoksia / asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, infeksi).

Cara – cara pemantauannya :

a. Perkiraan pertumbuhan janin dari tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan

b. Perkiraan berat janin dengan rumus Jhonson Tossec

c. Auskultasi denyut jantung janin dengan alat lennec / dopler / CTG

d. USG dan lain – lain

12. Persiapan Laktasi

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya.

Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam kelas Bimbingan Persiapan Menyusui (BPM). Suatu pusat pelayanan kesehatan seperti RS, RB dan Puskesmas harus mempunyai kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang menunjang keberhasilan menyusui.

13. Persiapan Kelahiran Janin

Sangatlah penting bekerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat dalam mempersiapkan persalinan serta membuat rencana tindakan sekiranya terjadi komplikasi-komplikasi. Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota keluarganya dan bidan. Rencana ini tidak harus dalam bentuk tertulis dan biasanya memang tidak tertulis. Rencana ini lebih hanya sekedar diskusi untuk memastikan bahwa ibu dapat menerima asuhan yang ia perlukan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu.



E. Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya

1. Haemoroid

Penyebab :

a. Pelebaran vena dari anus

b. Hemoroid dapat bertambah besar dalam kehamilan karena adanya kongesti darrah dalam rongga panggul

c. Relaksasi dari otot halus pada bowel, memperbesar konstipasi dan tertahannya gumpalan

Penanganan :

a. Hindari konstipasi dan usahakan BAB yang teratur

b. Beri rendam duduk hangat/dingin

c. Bila mungkin gunakan jari untuk memasukkan kembali hemoroid ke dalam anus dengan pelan-pelan

d. Bersihkan anus dengan hati-hati sesudah defekasi

e. Olesi jeli ke dalam rectum sesudah defekasi

f. Konsul ke dokter sebelum menggunakan obat hemoroid.

2. Sering Kencing

Biasanya ibu merasa sering ingin kencing. Ini terjadi karena kandung kencing tertekan oleh uterus yang sudah sangat besar, selain itu juga dipengaruhi oleh hormon Aldosteron yang dapat meningkatkan vaskularisasi pembuluh darah.

Penangannya :

a. Kurangi minum waktu akan tidur, agar istirahat tidak terganggu

b. Kegel exercise otot pubis

c. Bila ada keluhan saat BAK rujuk ke dokter, gunakan pembalut kalau perlu

d. Tentramkan hati ibu dengan memberi penjelasan bahwa keadaan ini adalah fisiologis.

3. Gangguan Pernapasan

Nafas dangkal terjadi pada 50% wanita hamil, ekspansi diafgrama terbatas karena pembesaran uterus, dimana rahim membesar mendesak diafragma ke atas

Penanganan :

a. Latihan nafas melalui senam hamil

b. Tidur dengan bantal yang tinggi

c. Makan tidak terlalu banyak

d. Konsul ke dokter bila ada kelainan asma dll

e. Berikan penjelasan bahwa hal ini akan hilang setelah melahirkan

4. Oedema

Penyebab :

a. Peningkatan sodium yang banyak.

b. Meningkatnya permeabilitas kapiler sehubungan dengan peningkatan hormon estrogen

c. Peningkatan tekanan vena

d. Varices vena dengan kongesti

e. Defisiensi diet protein

Penanganan :

a. Meningkatkan periode istirahat, berbaring pada posisi miring kiri

b. Tinggikan kaki bila duduk dan kenakan stoking

c. Tingkatkan intake protein

d. Menurunkan intake KH selama retensi cairan di jaringan

e. Minum 6-8 gelas cairan sehari untuk membantu diuresis natural

f. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda toxemia, pre-eklampsi, oedema, kelebihan BB, sakit kepala, pandangan kabur, penurunan urine output.

5. Perubahan libido

Penyebab :

a. Wanita mungkin mengalami sakit ulu hati dan gangguan pencernaan. Mungkin juga hemoroid atau hal lain yang mengurangi nafsu seksual

b. Kelelahan dan perubahan yang berhubungan dengan tuanya kehamilan mungkin terjadi pada trimester 3, seperti kurang tidur dan ketegangan

c. Rasa letih yang berlebihan disebabkan perubahan hormon yang dapat mengurangi daya tarik seksual

d. Rasa takut menyebabkan kecemasan yang dapat menyebabkan pasangan menghindari, mengekspresikan hubungan seksual.

e. Nyeri waktu coitus disebabkan karena uterus terdorong ke bawah

f. Pengaruh janin menimbulkan penurunan seksual

Penanganan :

a. Menjelaskan dan memberikan support pada ibu maupun suami bahas perubahan atau masalah seksual selama kehamilan adalah normal dan dapat disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dan psikologis.

b. Jelaskan pada keluarga perlu pendekatan memberikan kasih sayang pada istri untuk mengalihkan rangsangan seksual secara fisik menjadi kontak psikis.

6. Gatal-gatal

Gatal-gatal terjadi pada perut paha payudara maupun pada bagian lain terutama pada lipatan-lipatan

Penyebab :

a. Perenggang kulit

b. Peningkatan pengeluaran keringat

Cara mengatasi

a. Potong dan bersihkan kuku agar jika tergaruk tidak berbekas

b. Jaga kebersihkan kulit

c. Mandi guyur minimal 2x sehari

d. Kurangi pemakaian sabun

7. Ulu hati terasa panas

Penyebab :

a. Kelambatan pengosongan lambung

b. Lambung terdesak oleh rahim

Cara mengatasi :

a. Jangan mengkonsumsi makanan yang memproduksi gas seperti kubis, nangka, sawi dan durian

b. Hindari mengkonsumsi makanan yang berlemak dan porsi besar

c. Minum sedikit susu atau teh hangat

8. Sembelit atau susah buang air besar (BAB)

Penyebab

a. Peningkatan penyerapan air oleh usus

b. Konsumsi tablet zat besi

c. Kurang minum

d. Kurang mengkonsumsi makanan berserat

e. Kurang gerak badan

f. Penekanan usus oleh pembesaran rahim

Penangannya :

a. Berikan minum ± 6 gelas sehari

b. Diet mengandung tinggi serat

c. Exercise ringan

d. Tidak boleh memberikan obat-obat yang mengandung laxatif

e. Berikan penjelasan keadaan yang sedang dialami



9. Keputihan

Penyebab :

a. Pengaruh hormonal

b. Peningkatan produksi lendir

Cara mengatasi :

a. Jangan membilas bagian dalam liang senggama

b. Kenakan pembalut wanita dan segera ganti jika sudah basah

c. Jaga kebersihan alat kelamin (bersihkan dari arah depan ke arah belakang)

d. Jika gatal, bau menusuk, ada perubahan sifat dan warna segera laporkan dan konsultasikan pada tenaga kesehatan

10. Varises

Penyebab :

a. Keturunan

b. Pengaruh hormon kehamilan

c. Pembesaran rahim yang menghabat aliran darah

d. Mengejan saat buang air besar

Cara mengatasi :

a. Jangan terlalu lama berdiri atau duduk

b. Hindari pakaian ketat

c. Cukup bergerak

d. Jangan mengejan terlalu kuat saat buang air besar

e. Berbaring dengan kedua kaki ditinggikan misalnya dengan di ganjal bantal

11. Sakit Kepala

Penyebab :

a. Ketegangan emosional

b. Ketegangan pada mata (gangguan atau masalah pada mata)

Cara mengatasi

a. Santai dan istirahat

b. Segera laporkan ke tenaga kesehatan jika berlangsung terus menerus

12. Nyeri Punggung

Penyebab : Perubahan keseimbangan tubuh oleh pembesaran perut, penarikan otot akibat pembesaran rahim, tertekannya pembuluh-pembuluh darah dan terganggunya peredaran darah karena pembesaran rahim, tertekannya tulang Lumbalima dan tulang Ekor oleh kepala janin yang sudah memasuki pintu atas panggul.

Cara mengatasi ;

a. Santai dan istirahat

b. Tidur dengan posisi miring kiri

c. Latihan menggoyangkan pinggul



F. Pemeriksaan Kesehatan Rutin selama Trimester III

ANC sebaiknya dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan mencapai 32 minggu dan kemudian dilanjutkan setiap 2 minggu sekali sampai tanggal persalinan atau minimal selama trimester III.

Pemeriksaan yang dilakukan selama kunjungan biasanya mencakup pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan fisik secara khusus, gunanya adalah untuk mengetahui kesehatan Ibu dan memantau pertumbuh-kembangan Janin.

Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan Janin dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badan. kenaikan berat badan rata-rata antara 10 Kg sampai 14 Kg selama hamil.

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT



1. Pengertian

Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak. (Soebagyo, 2008)

Dengan kata lain Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus yang menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar ( BAB ) lebih dari 3 kali perhari yang dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.

Secara klinis Gastro Enteritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

a. Gastro Enteritis Desentriform.

Disebabkan oleh antara lain: Shigella, Entamoeba Hystolitica.

b. Gastro Enteritis Koleriform.

Disebabkan oleh antara lain: Vibrio, Klastrida, atau Intoksikasi makanan.



2. Etiologi

Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama Gastroenteritis. Infeksi enteral meliputi:

a) Infeksi Bakteri :

- Salmonella (Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp)

Infeksinya kebanyakan disebabkan oleh kontaminasi makanan dan minuman terutama terjadi pada anak-anak, identifikasi salmonella dari feses penderita.

- Escherichia coli

Merupakan suatu kuman penghuni kolon yang tidak patogen tetapi dapat menjadi patogen pada bagian tubuh yang lain, dapat menimbulkan radang pada vesika urinaria.

- Vibrio (Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non 01, Vibrio parachemolyticus)

Kebanyakan merupakan organisme non patogen, hanya beberapa jenis yang menimbulkan penyakit pada manusia, seperti vibrio cholera dan vibrio eltor.

- Shigella (Shigella dysentriae, Shigella Flexneri)

Ditularkan secara oral melalui air dan makanan, lalat yang tercemar oleh sekresi / feses penderita. Lokalisasi yang paling sering terkena adalah usus besar dengan bagian terbesar adalah bagian sigmoid.

- Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis, Coccidosis.

b) Infeksi Virus :

- Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)

- Adenovirus

- Rotavirus

- Norwalk virus

- Astrovirus, dan lain-lain.

c) Infeksi Parasit :

- Cacing, (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides)

- Protozoa (Entamoeba Histtolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas Haminisis)

- Jamur (Candida Albicans).

2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Ortitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia (Radang Paru), Encephalitas (Radang Otak) dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.



b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi Karbohidrat :

- Disakarida (Intoleransi Laktosa, Maltosa, Dan Sukrosa)

- Monosakarida (Intoleransi Glukosa, Fruktosa Dan Galaktosa)

2) Malabsorbsi lemak

- Long Chain Triglyceride

3) Malabsorbsi protein

- Asam Amino dan B-Laktoglobulin



c. Faktor makanan :

- Makanan basi dan Makanan yang belum waktunya diberikan.



d. Keracunan



e. Alergi :

- Alergi Susu

- Alergi Makanan

- Cow's Milk Potein Sensitive Enteropathy (CMPSE)



f. Imunodefisiensi



g. Faktor lain :

- psikis

- lingkungan

- cuaca



3. Patofisiologis

Sebanyak sekitar 9 - 10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar (75 - 85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90 % dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150 - 250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.

Faktor-faktor faali yang menyebabkan Gastro Enteritis sangat erat hubungannya satu sama lain, misalnya saja, cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya usus secara mekanisme meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat.

Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga waktu penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.

Mekanisme dasar yang menimbulkan Gastro Enteritis :

a. Gangguan Osmotik

Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula (Latief dkk, 2005 ).

Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. (Suriadi, 2006)

Gastro Enteritis juga dapat terjadi karena Kuman Patogen masuk ke dalam traktus gastro intestinal melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman tersebut, kemudian merusak sel-sel mukosa usus, khususnya melibatkan ileum dan kolon, sehingga akan terjadi peradangan.

Gastro Enteritis yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :

a. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Bakteri masuk ke dalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos ke dalam usus 12 jari (duodenum).

Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per-ml cairan usus. Dengan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. Sub unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut.

Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar.

Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.



b. Bakteri Enteroinvasif

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.

Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E. Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.



Pada Gastro Enteritis yang disebabkan oleh virus, lapisan mukosa usus menjadi merah dan meradang, dan terjadi edema. Biasanya hanya terbatas pada lapisan mukosa usus, terjadi pengrusakan terhadap sel-sel epithel yang matang dan kemudian digantikan oleh absorbsi, yang tidak matang yang tidak dapat menyerap karbohidrat atau gizi lain dan air secara efisien.

Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang akhirnya memperlama diare.

Gastro Enteritis Akut dapat terjadi disebabkan oleh infeksi langsung virus ataupun oleh efek neurotoksik yang dihasilkan oleh bakteri. Akibatnya terjadi peningkatan frekuensi buang air besar.



4. Patogenesis

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan Gastro Enteritis Akut atau diare akut karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).

- Faktor kausal

Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare.

- Faktor penjamu

Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim pencernaan. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh V. cholera.

Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi.



Potogenesis diare akut :

a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.

b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.

c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin.

d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.



Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:

a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis-metabolik hipokalemi dan sebagainya).

b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah).

c. Hipoglikemia

d. Gangguan sirkulasi darah



5. Manifestasi klinis

Secara umum, tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : Turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

c. Demam

d. Nafsu makan berkurang

e. Mual dan muntah

f. Anoreksia

g. Lemah

h. Pucat

i. Nyeri abdomen

j. Perih di ulu hati

k. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat

l. Menurun atau tidak adanya pengeluaran urine.







Secara khusus, tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :

1) Agen Bakterial :

a. Kelompok Shigella gram negative

Demam, kram abdomen, sakit kepala, Diare cair disertai mucus dan pus. Penyakit dapat sembuh sendiri , pengobatan dengan antibiotic.

b. Salmonella

Suhu tubuh meningkat, konsistensi tinja encer, berbau tidak enak, kadang bercampur sedikit lendir dan berdarah, stadium predromal 2 – 4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri, perut kembung.

c. Escherrichia Coli

Pada bayi malas menetek, lemah, berat badan sukar naik. Insiden banyak pada musim panas, dengan hanya pengobatan simptomatis. Gejala berkurang dalam 3-7 hari.

d. Vibrio

Konsistensi tinja encer dan buang air besar didahului oleh mules, dalam waktu singkat tinja berubah menjadi cairan putih keruh, tidak berbau amis, diendapkan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih , kejang otot betis, bisep, trisep dan dinding perut: suara serak, kelopak mata cekung, tulang pipi menonjol, menonjol, bibir kering, turgor kulit kering, perut kembung.

e. Campylobacter jejuni (inkubasi 1-7 hari)

Kebanyakan pasien sembuh sendiri, antibiotik dapat mempercepat penyembuhan

.

2) Agen Viral :

- Rotavirus

Awitan tiba-tiba, nyeri perut, demam, mual, muntah, diare dapat menetap lebih dari satu minggu. Terjadi lebih tinggi pada musim dingin, biasanya ringan dan sembuh sendiri.

3) Agen Protozoa :

- Entamoeba Hystolitica.

Tinja biasanya berlendir dan berdarah, gejala menyolok adalah tenesmusnya.

(perasaan konstan untuk mengosongkan usus yang disertai rasa sakit, kram dan spontan)



4) Keracunan makanan :

a. Staphilococcus (inkubasi 4-6 jam)

mual, muntah, kram abdomen, diare hebat, demam ringan, syok pada kasus berat. Ditularkan melalui makanan terkontaminasi, sembuh sendiri, perbaikan terlihat dalam 24 jam.

b. Clostridium Perfringens (inkubasi 8-24 jam)

Kram sedang sampai hebat, nyeri midepigastrik. Dapat sembuh sendiri.

c. Clostridium botulinum (inkubasi 12-26 jam)

Mual, muntah, diare, mulut kering, disfagia. Keparahan bervariasi cepat dalam beberapa jam, dapat diberikan antitoksin.



Tanda-tanda dehidrasi menurut derajat dehidrasi (Muscari 2005).




TANDA

Ringan

Sedang

Berat


Kehilangan Cairan

< 5 %

5-9 %

> 10 %


Warna Kulit

Pucat

Abu – Abu

Bercak-bercak


Turgor Kulit

Menurun

Tidak elastic

Sangat tidak elastic


Membran Mukosa

Kering

Sangat Kering

Pecah – pecah


Tekanan Darah

Normal

Semakin rendah

Rendah


Denyut Nadi

Normal/meningkat

Meningkat

Cepat dan panjang


Keluaran Urine

Menurun

Oliguria

Oliguria nyata






6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium meliputi :

a. Pemeriksaan Feses

- Makroskopis dan mikroskopis.

- pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

- Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan Darah

- pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

- Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

c. Doudenal Intubation

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.



7. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan penderita Gastroenteritis adalah pemberian cairan, 4 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian :

a) Jenis cairan.

Cairan rehidrasi oral dan cairan rehidrasi parenteral.

b) Jalan pemberian.

Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita dehidrasi atau belum, tetapi kesadarannya menurun, tidak terdapat muntah-muntah hebat.

c) Jumlah cairan.

Jumlah cairan yang harus diberikan adalah:

- Dehidrasi ringan, penggantinya 50 cc/kg berat badan perhari.

- Dehidrasi sedang, penggantinya 60 – 90 cc/kg berat badan perhari.

- Dehidrasi berat, penggantinya 100 cc/hari berat badan perhari.

d) Jadwal pemberian.

Jadwal pemberian cairan tergantung pada derajat dehidrasi.

- Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

- Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.

- Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.



Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut terdiri atas :

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a) Jenis cairan yang hendak digunakan.

1) Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts)

Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Kadar natrium 90 meEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan dehidrasi).

Kadar Natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non –kolera pada anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi. Formula lengkap sering disebut oralit.

Formula sederhana atau tidak lengkap hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam dan sebagainya untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.

2) Cairan parenteral

DG aa (1 bagian larutan Darrow +1bagian glukosa 5%)

Rl g (1bagian Ringer Laktat +1bagian glukosa 5%)

RL (Ringer Laktat)

3@ (1bagian NaCl 0,9 % + 1bagian glukosa 5% + 1bagian Na Laktat 1/6 mol/l)

DG 1 : 2(1bagian larutan Darrow+2 bagian glukosa 5%)

RLg 1 : 3(1bagian RL + 3bagian glukosa 5-10%)

Cairan 4 : 1 (4bagian glukosa 5-10%+1bagian NaHCO3 1 ½ % atau 4bagian glukosa 5-10% 1bagian NaCl, 9%)



b) Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.

Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:

- Mengukur BJ Plasma

Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:

BJ Plasma – 1,025

---------------------- x BB x 4 ml

0,001



- Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB

* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB

* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

- Metode Daldiyono

Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:

* Rasa haus/muntah = 1

* BP sistolik 60-90 mmHg = 1

* BP sistolik <60 mmHg = 2

* Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1

* Kesadaran apatis = 1

* Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2

* Frekuensi napas >30 x/mnt = 1

* Facies cholerica = 2

* Vox cholerica = 2

* Turgor kulit menurun = 1

* Washer women’s hand = 1

* Ekstremitas dingin = 1

* Sianosis = 2

* Usia 50-60 tahun = 1

* Usia >60 tahun = 2



Kebutuhan cairan =

Skor

-------- x 10% x kgBB x 1 ltr

15



c) Jalan masuk atau cara pemberian cairan

1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik

2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun

3) Intravena untuk dehidrasi berat



d) Jadwal pemberian cairan

Jadwal rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.



2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi

Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.

Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.



3. Pengobatan Dietetik

Makanan dan minuman diberikan khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan.

Adapun hal yang perlu diperhatikan : Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

Mempuasakan penderita diare tidak dianjurkan, yang menjadi pegangan dalam pengobatan dietetik adalah O – B – E – S – E , sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding, Simultaneously, Education.



4. Pemberian Terapi Simptomik

Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.

a. Obat-obat antidiare:

Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat. Antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, loperamid dan sebagainya) yang menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan terjadi peningkatan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorbsi. Obat-obat ini perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat (Noerasid dkk., 1988).

b. Adsorbens:

Obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, Tabonal®) dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.

c. Stimulans:

Obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya tidak akan memperbaiki dehidrasi (hipovolemic shock) sehingga pengobatan yang paling tepat pemberian cairan secepatnya (Noerasid dkk., 1988).



d. Antiemetic:

Obat antiemetik seperti chlorpromazine dan prochlorperazine mempunyai efek sedative. Obat antiemetik seperti klorpromazin (largaktil)terbukti selain mencegah muntah juga mengurangi sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat, tetapi juga perlu diingat efek samping dari obat ini. Penderita menjadi ngantuk sehingga intake cairan kurang.

e. Antipiretika :

Obat antipiretika seperti preparat silisilat (asetosal,aspirin) dalam dosis rendah (25mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

f. Zat Hidrofilik :

Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.

Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.

g. Probiotik :

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.



5. Pemberian Terapi Definitive

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.

Pemberian antibiotik di indikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:

a. V. kolera El Tor:

- Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari

- Kortimoksazol dosis awal 2 x 3 tab, kemudian 2 x 2 tab selama 6 hari

- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 7 hari

- Golongan Fluoroquinolon.

b. ETEC:

- Trimetoprim-sulfametoksazole

- Kuinolon selama 3 hari.

c. S. Aureus:

- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr

d. Salmonella Typhi:

- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 2 minggu

- Sefalosporin generasi 3 yang diberikan secara iv selama 7-10 hari

- Ciprofloksasin 2 x 500 mg selama 14 hari.

e. Salmonella Non Typhi:

- Trimetoprim-sulfametoksazole

- Ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 – 7 hari.

f. Shigellosis:

- Ampisilin 4 x 1 g/hr

- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 5 hari.

g. Helicobacter Jejuni (C. Jejuni):

- Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr selama 5-7 hari.

- Eritromisin

Dewasa : 3 x 500 mg atau 4 x 250 mg

Anak : 30-50 mg/kgbb/hr dalam dosis terbagi selama 5-7 hari

h. Amoebiasis:

- Tinidazol dosis tunggal 2 g/hr selama 3 hari.

i. Giardiasis:

- Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu

- Chloroquin 3 x 100 mg/hr selama 5 hari.

j. Balantidiasis:

- Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari

k. Virus:

- Simptomatik dan suportif.